Makalah Masalah Kesulitan Belajar Anak SD | Buku Siswa Anak Sekolah
1) Defenisi kesulitan
Proses belajar mengajar senantiasa merupakan proses kegiatan interaksi antara dua unsur manusia, yakni siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subjek pokoknya. tercapainya hasil belajar dengan baik adalah harapan setiap guru, tetapi hal ini tidak selamanya terealisir, karena masih ada siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Kesulitan belajar merupakan gabungan dari dua kata yaitu kesulitan dan belajar. Menurut Poerwadarminta (1984:37) mengemukakan, ”Arti dari kesulitan adalah kesusahan dan kesukaran, sedangkan belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian“.
Tingkat kesulitan yang dialami setiap siswa tidaklah sama antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Perbedaan siswa inilah menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. Menurut Ahmadi dan Supriyono (1991:74) mengatakan, “Yang dimaksud dengan kesulitan belajar adalah dalam keadaan anak didik/siswa tidak dapat belajar sebagaimana mestinya”.
Definisi kesulitan belajar pertama kali dikemukakan oleh para ahli di The United States Office Of Education (USOE) pada tahun 1977 definisi tersebut seperti dikutip Hallaham et al dalam Abdurrahman(1999:6) seperti berikut ini:
Kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengarkan, berfikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja dan berhitung. Batasan tersebut mencakup kondisi-kondisi seperti gangguan perseptual, luka pada otak, disleksia, dan afasia perkembangan. Batasan tersebut tidak mencakup anak-anak yang memiliki problema belajar yang penyebab utama berasal dari adanya hambatan dalam penglihatan, pendengaran atau motorik, hambatan karena tunagrahita, karena gangguan emosional, atau karena kemiskinan, lingkungan, budaya atau ekonomi.
Dalam mencapai hasil belajar yang baik dan sempurna, bukanlah suatu hal yang mudah. Karena tentunya akan berhadapan dengan kesulita-kesulitan yang ditunjukan dengan nilai yang rendah, menurut Natawijaya (1984:19): “Dalam kenyataannya banyak siswa yang menunjukan gejala tidak dapat mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan”. Beberapa murid menunjukkan nilai-nilai yang rendah meskipun telah diusahakan sebaik-baiknya oleh guru. Dalam proses belajar mengajarpun guru sering menghadapi masalah adanya murid yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancar. Dengan kata lain guru sering menghadapi murid-murid yang kesulitan belajar.
Dengan demikian kesulitan belajar diartikan sebagai kendala yang dapat mengakibatkan siswa mengalami kemandekan dalam belajar. Dalam hal ini perlu adanya penanggulangan yang matang agar proses belajar mengajar tidak mengalami kemerosotan terutama bagi siswa yang masih memerlukan perhatian dalam keaktifan belajar.
Kesulitan belajar yang dihadapi siswa merupakan salah satu sebab dari kegagalan siswa. Siswa yang mengalami kesulitan belajar itu adalah siswa yang hasil belajarnya tidak sesuai atau yang lebih rendah dari kemampuan yang dimiliki rata-rata siswa.
2) Ciri-ciri kesulitan belajar
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan manifestasi gejala kesulitan belajar, antara lain:
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada murid yang selalu belajar dgn giat, tetapi nilai yang dicapainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas dalam belajar. Ia selalu tertinggal dari kawan-kawannya dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai dengan waktu yang tersedia.
4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti membolos, tidak mengerjakan PR, mengasingkan diri, tersisihkan, tidak mau bekerja sama dan sebaginya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang ajar seperti pemurung, mudah tersinggung, pemarah, tidak/kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu. Misalnya dalam menghadapi nilai rendah tidak menunjukkan adanya perasaan sedih, menyesal, dan sebagainya
7. Lebih banyak mengalami kecemasan dan kurang mampu mengontrol diri terhadap kecemasannya.
8. Kurang mampu menyesuaikan diri dan kurang kepercayaan pada diri sendiri.
9. Kurang mampu mengikuti otoritas.
10. kuarang mampu dalam penerimaan sosial.
11. Lebih banyak mengalami konflik dan ketergantungan.
12. Kegiatannya kurang berorientasi akademis dan sosial.
13. Nilai pelajaran yang naik turun.
14. Sulit mengatur kegiatan atau barang
15. Mudah lupa
16. Sering kehilangan barang-barang
17. Sering melamun.
18. Ceroboh dan tidak teliti
19. Tidak termotivasi untuk belajar
20. Mudah menyerah
21. Sulit duduk tenang untuk jangka waktu yang lama
22. Banyak berbicara
23. Sulit menunggu giliran
24. Suka jail, iseng dan impulsif
3) Cara untuk mengatasi kesulitan belajar
Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya. Akan tetapi, sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut:
1. Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah dan hubungan antar bagian tersebut untuk memperoleh pengertian yang benar mengenai kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2. Memerlukan dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3. Menyusun program perbaikan khususnya remedial teaching (pengajaran perbaikan)
4. Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah keempat, yakni melaksanakan program perbaikan.
Disamping itu hal-hal yang harus dihindari karena tidak akan membantu anak mengatasi kesulitan belajarnya seperti :
1. Memarahi, menghukum atau mempermalukannya
2. Memberi cap atau sebutan negatif
3. Memperbanyak latihan dan les
4. Mengiming-imingi hadiah
Untuk orang tua tidak perlu khawatir karena kesulitan belajar bisa ditangani, Apa yang orangtua bisa lakukan ?
1. Menerima keadaan yang ada, dalam hal ini bukan berdiam diri, bukang menyangkali, berhenti menyalahkan diri sendiri, orang lain atau Tuhan serta berhenti menangisi diri sendiri
2. Melakukan pemeriksaan baik secara psikologis, motorik, neurologis, mata, THT dan alergi
3. Berkomitmen 100 persen untuk menjalani program terapi serta mengubah pola pikir dan pola asuh
4. Menyeimbangkan antara kasih sayang dan disiplin
5. Memberikan pujian
6. Menghindari label negative
Sementara itu guru juga bisa berperan dengan memberikan suasana belajar yang menyenangkan seperti menggunakan visual, auditori atau praktek, menggunakan minat anak dalam memberikan contoh, memberikan target yang jelas, memberikan pernyataan positif serta menjadi inspirasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar